Posts

Showing posts from August, 2019

Selalu Menyakiti Dirinya Sendiri

Tak ada yang lebih pilu memang, m enyadari  bahwa semestanya   tak hanya diisi olehku seorang. Diantara banyaknya mereka, hanya aku yang diberikan petunjuk untuk paling tidak segera keluar dari permainan bodohnya. Disaat aku berusaha menjaga, perempuan itu malah sibuk menyusun strategi dibelakangku. Bodohnya, aku percaya-percaya saja bahwa dirinya terlihat benar-benar serius denganku meski tidak ada pembicaraan serius tentang sesuatu yang serius. Menyalahkan diri sendiri tidak merugikan orang lain, kan? Ya, aku, adalah manusia terbodoh yang sering mengabaikan indikasi kebohongan. Aku terlalu terburu-buru percaya saat dirinya menjelaskan sesuatu. Bahkan aku suka bagaimana cara dirinya menghadapiku yang sedang meragu. Sabar, manis dan tampak begitu asli. Lantas aku pun kembali percaya dan pelukan hangat pun tercipta. Semakin hangat hingga begitu erat. Kebohongan pun terlewat begitu saja. Aku terlalu menghargai kebahagiaan yang tengah menyelimuti, ketimbang mempertanyakan keasilanny

Berhenti Menilai

Mungkin aku memang harus berhenti menilai. Karena penilaian kita terhadap orang lain tak berpengaruh apapun pada orang itu sendiri. Justru, kita jadi memberikan sebuah gambaran yang bisa jadi benar dan bisa jadi salah kepada orang lain. Sementara, benar dan salah adalah multitafsir, dimana pandangan kita terhadap benar dan salah berbeda-beda.  Kita hanya perlu memperbanyak sabar agar dapat senantiasa menerima mereka yang kurang enak dihati. Dan berhentilah bertingkah seolah kita hakim. Tapi, aku sangat sungguh keliru kali ini. Kekeliruan yang paling buruk sepanjang hidupku. Kekeliruan oleh karena salah penilaian, atau karena jauh berbeda dari ekspektasiku sehingga terlihat salah. Lepas dari kerumitan itu semua, aku kecewa. Dibawah gempuran kecewa yang teramat mendalam, aku harus beryukur karena dihadapkan kenyataan yang benar-benar nyata. Setelah aku menjalani kenyataan yang palsu selama satu bulan, kini akhirnya aku diberikan kenyataan yang aslinya, meski rada sulit untuk di

Puas?

Jika yang kamu bicarakan tentang kekuranganmu, baiklah. Ini juga tentang kekuranganku, yang tidak bisa menerima kekurangan orang lain. Lantas, bisakah kamu menerima kekurangan itu? Kekurangan seperti apa dulu yang ada pada dirimu? Pemaklumam orang terhadap kekurangan itu ada batasnya, jangan sampai terkesan kita  yang dibodohi oleh kekurangan itu. Begini. Aku akan menerima seburuk apapun kamu, sekurang apapun dirimu. Tapi, dilihat dulu, kekurangan seperti apa itu? Yang dibuat secara sengaja atau tidak? Yang terjadi dimasa lalu atau dimasa sekarang? Aku tipe orang yang tidak langsung menghakimi, aku begitu hati-hati dalam menilai sesama manusia. Karena aku sangat tahu bagaimana tidak enaknya dihakimi secara sepihak, tanpa melihat sudut pandang yang lain. Setiap orang berhak punya penilaian terhadap orang lain. Meski semuanya harus melewati tahap-tahap pembuktian yang valid dan nyata. Lalu, bagaimana dengan aku yang sudah jelas-jelas melihat semuanya? Tidakkah kamu dapat merasa