Dialog Pagi

 

"Bangun dong!"
"Aku mau beli sarapan, anterin!"
"Aku lagi semangat banget hari ini!"

Belakangan ini pagiku selalu begini, disambut bising oleh suara cerewet dari gadis sebrang rumah. Inilah yang membuatku selalu terbangun dikala langit pagi masih memerah, mentari belum sepenuhnya terlihat diufuk timur dan nyawa yang masih belum terkumpul seutuhnya. Kebetulan pula hari ini aku kedapatan shift siang, aku ingin tidur lagi. Akan tetapi senyuman manisnya cukup menjadikanku alasan untuk tetap terbangun. Kalau tidak, mungkin aku akan tetap tertidur sampai mentari meninggi dan membakar bumi.

"Kamu mau beli apa? Mie ayam enak kali, ya?"

Terserahmu. Aku hanya butuh secangkir kopi, ditambah gorengan dan senyumanmu. Itu saja sudah cukup menemani pagiku dan menambah mood yang positif dalam mengawali sebuah hari yang baru. Kalau kamu mau mie ayam, mari kuantarkan. Aku ingin membasuh wajahku terlebih dahulu.

"Yaudah cepetan!"

Kami pun pergi keluar rumah walau sama-sama belum mandi. Muka-muka bantal tak lepas terlihat dari wajah kami berdua. Namun, aku lebih menyukai wajahnya yang natural tanpa sentuhan apapun. Bahkan dipagi hari pun, dia masih saja bawel. Sungguh menggemaskan. Akan tetapi dia memiliki bawel yang berbeda dari bawel-bawel lainnya, bawel yang selalu menjadi alasan untukku merindukannya, bawel yang ngangeninlah!

Jalanan sudah dipenuhi oleh orang-orang yang punya urusan berbeda-beda. Sebagian sedang dalam perjalanan menuju sekolah/kampus, sebagian lainnya sedang dalam perjalanan menuju tempat kerja. Ada pula yang sedang mencari-cari sarapan seperti aku dan gadis itu lakukan. Untuk karyawan yang kerjanya shift-shiftan, terkadang pagi hari bukan waktu yang digunakan untuk memulai rutinitas. Kebetulan pula, gadis itu sedang kedapatan shift siang. Ya, sudah. Kami bisa berduaan sampai siang menjelang. Sesampainya ditempat mie ayam. Dia terkejut.

"Ini mah tempatku sekolah dulu, Bim. Udah lama aku nggak kesini. Aku jadi kangen deh sama masa-masa sekolah. Guru-guruku masih ngajar nggak ya disini?"

Baginya, sekolah dasar ini adalah tempat yang menjadi saksi bisu perjalanan masa-masa kecil yang menggembirakan. Masa kecil memang punya tempat sendiri didalam hati. Cocok untuk dikenang saat kita sedang bosan menjadi orang dewasa. Kami datang disaat para murid baru saja diantar oleh orang tua mereka.

Aku memesan dua porsi mie ayam ditambah es teh manis. Kami pun menunggu pesanan datang sambil bercengkrama perihal masing-masing kisah yang kami berdua punya. Perihal sesuatu yang belum kami berdua saling tahu. Mengingat, belum seminggu kami kenal. Meskipun begitu, kami berdua seperti sudah kenal lama. Aku yang sok kenal tidak diprotes olehnya. Pun dia yang begitu bawel tidak diprotes olehku. Kami berdua tak pernah saling protes, sampai lupa kalau apa yang sekarang kami lakukan adalah salah.

Popular posts from this blog

Hujan Paling Lama di Dunia

Mengenal Diri Sendiri

Maaf