Semoga Beruntung
Anggap saja kita sama-sama berjalan menuju titik yang kita nanti.Anggap saja apa yang kita lakukan selama ini adalah yang terbaik untuk kita. Anggap saja semuanya seperti benar-benar halnya ada. Mungkin keadaan sering mempersilahkan kita untuk sendiri. Tapi tolong, jangan pernah merasa sendirian. Coba, lihat disekitarmu. Apa yang mungkin untuk kau cintai, maka mendekatlah dan menghangatlah. Jika tidak ada juga, ambil lah cermin lalu hadapkan kedepan wajahmu. Cantik, kan? Iya. Lihat matamu ada pelanginya. Jika tak ada apa, atau siapa yang bisa kau cintai, setidaknya cintai dirimu sendiri.
Atau kau bisa coba lihat aku. Aku bantu kau untuk mencintai dirimu sendiri. Sehingga kini hitungannya ada dua orang yang mencintaimu. Empat. Dengan kedua orangtuamu. Mungkin lima atau sepuluh dengan keluargamu. Hei, banyak yang mencintaimu. Lalu untuk apa kau merasa sendiri. Kalau gitu, aku buat cinta yang unik saja. Cinta yang diam-diam tapi tak pernah padam. Cinta dari aku yang sudah beberapa kali terlibat dalam eksperimen kisah perasaan sejati yang endingnya selalu tak mengenakan hati.
Sudah. Jangan dengarkan aku. Aku laki-laki. Dan aku ragu bisa memegang omonganku. Bukan karena aku benar-benar tidak bisa memegangnya. Sebab aku sering tertuduh tidak memegang omongan, padahal harus dibedakan mana omongan dan mana suara yang mewakili perasaan. Dan jangan pula sering-sering menuruti perasaan. Kadang kala membahagiakan, seringnya merepotkan. Kalau beruntung memang benar-benar membahagiakan. Sayang, keberuntungan itu diukur dari seberapa sama perasaan antara kedua belah pihak, seberapa searah angan yang ingin dituju, seberapa ingin mereka bersama. Jadi bisa dibilang tidak seutuhnya beruntung. Lebih tepatnya, keberuntungan yang tergantung.
Comments
Post a Comment