Selamat Purnama

Atau aku, yang terlalu bukan siapa-siapa? Atau mungkin cahayanya menyinari tempat yang bukan aku? Semoga apa yang kau sinari adalah tempat yang membutuhkannya. Seperti gelap yang paling hitam layaknya kisah yang terlalu kelam. Sebab ada beberapa cahaya yang tak mampu menerangi hanya karena ia salah tempat untuk menerangi. Ada pula kegelapan yang dibiarkan menggelap tanpa sedikit pun terentuh cahaya.


Maka bisa dipastikan keberadaanku tersentuh olehmu. Cahaya kecil itu, secercah harapan menuju pintu keluar, menuju kebebasan berperasaan, menuju sebuah tempat dimana kenyamanan tersimpan aman. Hingga gelap malamku tak terasa begitu kelam dan gulita bukanlah lagi sebuah perkara. Dan indahnya pagi adalah sebuah janji dan secangkir kopi serupa takdirku, yang diseduh langsung oleh tangan mungilmu. Pahit, namun harus tetap kuteguk agar kau tak kecewa.


Jadilah kesatuan pagi, siang, sore dan malam yang cemerlang. Seperti alasan untuk terus mengejarmu. Soal keindahan tanpa waktu, pengejaran angan yang tak berbatas. Walau aku tahu aku sedang terjatuh. Aku tak khawatir. Sebab aku jatuh bersama hati dan aku akan jatuh hati disebuah nama yang bernyawa, ialah engkau yang jika masuk ke nalar dan nuraniku, seketika aku terjatuh disana. Walau aku tahu aku sedang terjatuh. Aku tak khawatir.


Namun, bulan purnama hanya hidup saat malam jatuh, sedang kau tak berwaktu. Dan selalu terlihat cantik dan lucu, tapi gemar membisu, padahal engkau tahu. Kau hanya menyinari hal-hal yang kau suka. Kau pintar mengubah gelap menjadi keadaan yang seterang energi bintang. Sehingga aku yang terlihat salah hanya karena mengharapkan cahayamu barang secercah. Atau aku, yang terlalu bukan siapa-siapa?

Comments

Popular posts from this blog

Hujan Paling Lama di Dunia

Mengenal Diri Sendiri

Maaf