tidakdiperuntukkanbagisiapapun
Betapa tenang diri ini tanpa adanya omong kosong perasaan sayang. Barangkali aku boleh tidak memiliki sosok yang membahagiakan, tapi siapa sangka, aku lebih tenang seperti ini. Aku pikir, kalimat barusan sering berkeliaran dimulut-mulut orang yang tidak mau mengaku bahwa dirinya sedang kesepian. Sedikit banyaknya, aku kira cukup ada benarnya. Meski tak bisa dipungkiri, terkadang aku masih memiliki keinginan untuk memiliki dan dimiliki.
Jika kucoba kalkulasikan persentasenya, maka tidak memiliki siapa-siapa itu lebih tenang ketimbang berkutat dengan segala jenis perasaan sayang. Akan tetapi, jangan protes jika kebahagiaan yang didapat tidaklah lebih dan seadanya. Karena memang, sejauh yang coba kupraktikkan, membahagiakan diri sendiri tidak pernah sebahagia dibahagiakan oleh orang lain. Apalagi oleh yang tersayang.
Lain hal jika sedang memiliki seseorang. Tingkat kebahagiaan kita akan melambung tinggi, melesat bagai cahaya menembus gugusan awan dan langit yang megah. Namun, suatu saat kebahagiaan itu akan jatuh tersungkur tak berdaya. Bahkan oleh karena hal sepele sekali pun. Tingkat bahagia-sedih mengalami fluktuasi yang sangat kompleks dan jauh dari kata konsisten. Alih-alih ingin terus bahagia, kita malah salah menaruh harap.
Bukan berarti aku menjalaninya tanpa siapa-siapa. Paling tidak aku jadi lebih hati-hati sebelum benar-benar memberikan hati. Aku selalu berpikiran negatif sebelum harapan muncul ke permukaan. Tentang kejadian lalu, tentang semua yang berawal dari keadaan baik-baik saja dan tentang penyesalan yang datang dipenghujung kisah, yang pedihnya bukan main.
Aku juga sering menyusahkan ingatanku untuk menjemput kenangan-kenangan dulu, menengok kalian yang pernah kuberi kepercayaan memegang kendali hati dan seisi jiwa ini. Bayangan akan masa yang telah berlalu masih rapih tersimpan dilaci ingatan teristimewa. Meski debu-debu luka sempat mengotori, aku tidak pernah mengutuknya. Pelajaran terbaik datang dari luka yang paling buruk.
Kutegaskan sekali lagi, betapa tenangnya diri ini. Untuk dia yang sedang bersamamu, usahakanlah untuk berterus terang padanya bahwa banyak laki-laki yang sedang kau peluk. Untuk dia yang sedang bersamamu, jangan memaksa dewasa jika tidak membuatmu menjadi diri sendiri. Untuk siapapun kamu, jangan brengsek.
Aku juga sering menyusahkan ingatanku untuk menjemput kenangan-kenangan dulu, menengok kalian yang pernah kuberi kepercayaan memegang kendali hati dan seisi jiwa ini. Bayangan akan masa yang telah berlalu masih rapih tersimpan dilaci ingatan teristimewa. Meski debu-debu luka sempat mengotori, aku tidak pernah mengutuknya. Pelajaran terbaik datang dari luka yang paling buruk.
Kutegaskan sekali lagi, betapa tenangnya diri ini. Untuk dia yang sedang bersamamu, usahakanlah untuk berterus terang padanya bahwa banyak laki-laki yang sedang kau peluk. Untuk dia yang sedang bersamamu, jangan memaksa dewasa jika tidak membuatmu menjadi diri sendiri. Untuk siapapun kamu, jangan brengsek.
Comments
Post a Comment