Tutur Manusia
Pikir mereka, bukanlah masalah menilai orang yang tidak salah menjadi yang paling salah. Mereka selalu memilih jalan yang paling mudah, dengan asumsi belaka yang muncul dari selintas penilaian tanpa mau mencoba menggalinya lebih dalam. Mereka menilai tidak sesuai dengan apa yang mereka lihat. Selama menurut mereka buruk, selama kata orang lain buruk, bahkan sebenarnya baik-baik saja, maka mereka akan memanipulasi keadaan dan mengubahnya ke dalam bentuk yang buruk dan jauh lebih buruk lagi.
Seolah kebenaran terlalu tinggi untuk bisa mendarat diatas kesadaran mereka. Sementara kesalahpahaman sudah mengakar sampai dasar jiwa, tumbuh subur membuahkan pemikiran-pemikiran yang melampaui batasan. Keinginan untuk terus membicarakan orang lain tak pernah hilang selama orang itu terlihat baik-baik saja. Ibarat pemburu, mereka akan memantau terus dan menyerang targetnya, sampai target tersebut tak berdaya karena diserang bertubi-tubi oleh kesalahpahaman yang keji.
Dan ketika semuanya tampak hancur, mereka akan puas dan senang bukan main. Misi mereka berhasil dan menjadi kebanggaan tersendiri bisa melakukannya. Sementara para korban yang tidak tahu apa-apa hanya bisa pasrah, bahkan menyalahkan diri sendiri. Para korban tidak pernah mau menyalahkan orang lain, sekalipun iya, mereka bisa apa? Mereka kalah jumlah, mereka kalah suara. Kebenaran hanya dimiliki oleh mereka perserikatan manusia-manusia bermuka dua.
Comments
Post a Comment