Tolong Diam (Part 2)
Tolong jangan terlalu mengingatkan apa yang selalu kulakukan. Tolong jangan terlalu melarang apa yang selalu kucegah. Tolong jangan terlalu menceramahi apa yang selalu kurenungi. Kalian terlalu jauh mengambil sikap atas kehidupan orang lain. Ingat, boleh jadi orang lain seperti diriku ini telah jauh lebih dulu melakukan omong kosong yang kalian berikan padaku. Bukan hanya kalian yang paham mengenai hukum benar atau salahnya manusia. Dan kalian tidak melulu berhak mengambil suara berdasarkan presepsi kalian masing-masing. Tolong diam, cukup itu saja. Karena diriku adalah sepenuhnya milikku. Bukan milik kalian ataupun milik orang-orang terdekatku.
Kalian bukanlah yang terbenar. Jika ada yang salah padaku, jangan bertingkah seakan kalian tak pernah melakukan kesalahan. Setiap orang pernah salah. Setiap orang tak selalu benar. Setiap orang pernah merasa benar ketika orang-orang menilai salah. Tentang benar atau salah sebenarnya tak masalah. Tergantung bagaimana kita mengambil sudut pandang dan pemahaman masing-masing. Keadaan rumit yang sedang seseorang alami betul-betul membuat orang lain merasa paling benar dan seakan orang itulah yang paling salah didunia. Sungguh tidak lucu.
Kenapa kalian terlalu repot sampai sebegitunya? Baik, keadaan rumit ini memang menguntungkan kalian sebagai orang lain. Kalian melihat ini adalah kesempatan besar kalian untuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan cara mengingatkan, melarang dan menceramahi. Begitu mudahnya kalian mengambil tindakan konyol itu seakan aku tak punya pikiran sampai sana. Seharusnya kalian mengambil sudut pandang dari sini, dari sudut yang sangat rumit. Ada bagian yang tak kalian mengerti, ada bagian yang tak sampai kedalam hati. Pikiran kalian kenapa baru sampai sana ketika pikiranku sudah pergi jauh entah kemana. Tak salah jika kalian yang harus berpikir lebih sehat dan transparan lagi.
Setiap orang punya waktunya sendiri dimana mereka berada dalam posisi yang serba salah. Kalian akan merasakannya, suatu saat nanti. Dan jika aku berada diposisi kalian, menemui orang yang posisinya sepertiku, bisa kupastikan mulutku tertutup rapat-rapat. Setidaknya aku menjaga lisanku yang memang tidak punya kuasa atas hidup orang lain. Paling tidak aku hanya berbicara sesuai porsinya. Tak sampai pada level terburuk seperti kalian, mengurusi kehidupan orang lain. Mengurus kehidupanku sendiri saja sudah lumayan lelah, apalagi mengurusi kehidupan orang lain. Sudahlah, kalian urus saja kehidupan kalian masing-masing. Sekali lagi, tolong diam dan jangan berani-beraninya mengambil kesimpulan tanpa mengerti dan paham, bahkan menilai orang lain salah seenak jidat kalian. Ya, mungkin aku akan memaklumi orang yang tetap melakukan hal tersebut jikalau memang mereka punya masalah pada pikiran dan hatinya.