Pemikiran Payah



Kamu boleh saja hadir disaat aku asyik menyendiri. Namun, aku hanya ingin menawarkan satu permintaan. Apa kamu bisa dengan senang hati menutup mulut segala cerita yang kita punya? Seperti halnya manusia yang dilarang untuk saling menyakiti satu sama lain. Begitupun mekanismenya tentang larangan mengumbar-umbar cerita yang kita berdua punya. Bisa, ya? Aku janji, kalau kamu mengambulkan permintaanku, aku takkan meninggalkanmu. Kemarikan jari kelingkingmu. Aku janji.

Sebenarnya aku tidak masalah bila setiap kisahku selalu berakhir kurang menyenangkan. Aku sungguh tak mempermasalahkan hal itu. Sebaik-baiknya kisah, masih jauh lebih baik dari kisah yang selalu dijaga nama baiknya. Seburuk-buruknya kisah, masih jauh lebih buruk dari kisah yang selalu diumbar-umbar. Masalahnya begini, kisah kita seutuhnya cukuplah kita yang tahu. Sebagian kecilnya, katakanlah jika ingin curhat, salurkanlah kepada orang yang kamu percaya. Jangan mereka yang bermuka dua.

Mohon kerjasamanya untuk saling menjaga nama baik satu sama lain. Tidak semua orang bisa menerima dengan baik kisah kita. Pandangan mereka bereda-beda. Tentu sangat bahaya bagi kisah yang komitmennya masih belum sempurna (kecuali perasaan yang kupunya). Sekali lagi, jangan sampai salah memilih tempat untuk curhat. Jangan membuat mereka tergoda pada topik kegelisahan yang barangkali akan kamu rasakan nanti (semoga tidak pernah atau setidaknya jangan terlalu sering).

Kamu tahu? Mereka sarat akan dengki perihal kebahagiaan orang lain. Mereka bagaikan agen gadungan yang berakal dan berbudi pekerti tapi tidak punya hati. Mereka hanya pandai mengukir topeng sebagai orang yang tidak ingin tahu, padahal sangat ingin tahu. Mereka hanya pandai mengukir topeng sebagai orang yang peduli, padahal mereka tidak punya cukup hati untuk bersikap peduli. Dibalik topeng-topeng busuk tersebut, ada sebuah kisah yang ingin mereka hancurkan.

Kamu tahu? Aku pernah merasakan sendiri bagaimana rasanya menjadi korban dari sebuah misi kotor mereka. Siapa lagi kalau bukan mereka yang mengaku teman nyatanya menusuk dari belakang. Betul-betul merasa binasa dan mati rasa. Sebuah misi kotor yang entah sengaja atau tak sengaja terbentuk dibawah alam sadar mereka. Sehingga datang suatu waktu dimana aku terjebak dalam ruang serba salah. Bisa dibilang, mereka berhasil memusnahkan kisahku, lalu kemudian mereka berkamuflase menjadi orang yang paling simpati padahal hati penuh benci.

Semacam menawarkan sebuah pelukan, namun terdapat beberapa pisau tajam yang siap menghujam punggung kita. Perempuan yang saat itu sedang dalam pelukanku pun lepas. Aku mencoba mempererat pelukan itu, namun senjata mereka; mulut-mulut yang saling berkoar sangat ampuh dan mematikan. Tidak ada lagi tameng yang dapat menahannya, sekuat apapun material yang dibuat untuk menciptakan tameng tersebut. Sekalipun saling percaya.
Mereka rela menghabiskan waktu
dialam bawah sadar mereka,
diluar kendali berperannya hati
Bagaikan percikan kecil menyambar kayu
untuk menciptakan api yang lebih besar
Demi kesenangan semata
Sayang, kayu yang padat dan kering
tidaklah mudah habis dibakar oleh sang api yang
tak pernah merasa kesejukan, tak pernah dikasihi.
Teruntuk kalian, manusia yang bukan manusia
Eh. Banyak sekali aku bicara. Kamu sudah bosan, ya? Maaf, aku terlalu mudah terbawa emosi. Hmm, malam ini kamu kosong, kan? Aku sedang off hari ini sementara kamu sedang masuk pagi. Jika kamu tidak lembur lagi, aku ingin mengajakmu kesuatu tempat. Aku ingin memberikanmu sesuatu. Penasaran, ya? Kabari aku saja lagi nanti. Salam hangat.

Popular posts from this blog

Hujan Paling Lama di Dunia

Mengenal Diri Sendiri

Maaf