Kembalilah Bila Perlu

 

Beberapa waktu lalu. Ada kisah yang menjadikanmu peran utama. Aku adalah lawan mainmu. Menjadi yang terdepan menjagamu. Menjadi yang paling belakang meninggalkanmu (atau tidak pernah meninggalkanmu sama sekali). Menjadi yang terkuat jika bersamamu. Menjadi yang terlemah jika tanpamu.

Setidaknya tak sampai lama. Tak sampai prioritas kekasihmu tergantikan oleh bait-bait tiada berguna ini. Begini, aku bukannya bermaksud untuk mengungkit-ungkit masa lalu, hanya mengutarakan kegelisahan yang belakangan kurasakan. Kebetulan, kegelisahan tersebut seputar masa yang telah berlalu. Dan mohon maaf, ada kamu didalamnya. Aku kurang mengerti apa ini tentang penyesalan atau lain sebagainya. 

Bagaimana kabarmu? Ya, aku berbicara padamu. Bukan yang dulu hanya pernah bersama. Tapi yang dulu pernah ingin terus bersama. Bukan yang dulu hanya pernah bahagia. Tapi yang dulu pernah ingin terus bahagia. Bagaimana dengan kekasihmu? Apa dia tak hanya ingin bersamamu melainkan ingin terus bersamamu? Apa dia tak hanya ingin membahagiakanmu melainkan ingin terus membahagiakanmu?

Sungguh tidak tahu malu jika aku mengatakan bahwa aku rindu. Ingat, rindu tak mengharuskan kita kembali pada keadaan seperti dulu. Kamu tetaplah melanjutkan hubungan dengan kekasihmu itu. Namun, berikanlah sedikit waktu untuk sekadar mengobatinya. Cukup bertemu dan melakukan aktifitas yang dulu menjadi kebiasaan kita. Sekalipun hanya sandiwara, yang penting rindu ini menemui titik terangnya.

Teruntukmu, kembalilah bila perlu

Popular posts from this blog

Hujan Paling Lama di Dunia

Mengenal Diri Sendiri

Maaf