Kenapa Setiap Imlek Selalu Hujan?
Tahun Baru Imlek selalu identik dengan lampion, kue keranjang, ang pao dan tentunya... hujan! Semenjak beberapa tahun lalu, hari raya Imlek dipastikan sebagai hari libur nasional alias tanggal merah. Walau tidak ikut merayakan Imlek, pasti diantara kamu ada yang suka karena bisa memanfaatkan hari libur untuk jalan-jalan. Tapi tunggu, karena hujan selalu turun dan bahkan sangat deras, mau tidak mau hari libur kalian hanya diisi dengan nongkrong dirumah sampai seharian.
Saat hari raya Imlek datang, biasanya hujan memang selalu turun bahkan sangat deras. Menurut keyakinan warga keturunan Tionghoa, hujan turun ketika malam perayaan Imlek adalah pertanda rezeki dari Dewa Air. Semakin deras hujan turun, maka semakin besar pula rezeki yang akan diberikan kepada umat manusia. Benarkah begitu?
Di Negeri asalnya sendiri, China, Imlek adalah acara sakral bagi mereka yang meyakini ajaran Tri Dharma. Pada perayaan ini, para umat ketiga agama itu memperingati rasa syukur atas datangnya musim semi yang penuh harapan untuk menggantikan musim dingin. Saat para pemeluk ajaran ini menjalar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, acara Imlek pun tidak ketinggalan ikut dirayakan. Namun, karena perbedaan letak geografis, musim yang dialami pun berbeda. Di Indonesia sendiri contohnya, setiap hari raya Imlek dilangsungkan, selalu beriringan dengan musim penghujan. Sehingga, tak heran kalau Imlek disini sering diwarnai dengan datangnya angin dan hujan besar-besaran.
Imlek merupakan hari besar bagi mereka yang memeluk agama Buddha Mahayana, Khong Hu Cu, dan Tao. Dalam acara keagamaan ini, para umat tersebut menuturkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas datangnya berkah Musim Semi yang terjadi di belahan bumi utara, hal ini kemudian diwujudkan juga dengan datangnya tahun baru.
Menurut pendapat Tokoh Tiong Hoa, Ek Poen, Imlek merupakan perayaan yang dilakukan berdasarkan tradisi. Perayaan ini bukan merupakan hari besar sebuah agama. Orang yang bukan pemeluk agama Konghucu tapi masih punya keturunan Tionghoa juga bisa ikut merayakannya. Sementara hubungannya dengan mitos hujan i tu kembali pada kepercayaan saja. Dia mengatakan juga bahwa rezeki seseorang bukan ditentukan oleh banyaknya air hujan yang turun karena rezeki itu tergantung dari sebesar apa usaha dan kerja keras seseorang. Walaupun demikian, dia menyampaikan bahwa berdasarkan kepercayaan masyarakat China, tanggal lahir juga punya pengaruh dalam kemudahan mereka mendapatkan rezeki.
Maka dari itu, ada sekumpulan masyarakan yang berpantang sesuatu pada saat hari raya Imlek. Tapi ini juga masih sekadar kepercayaan seseorang saja. Tradisi yang tak boleh dilakukan pada saat Imlek, contohnya, tidak boleh menyapu dan mencuci piring. "Itu semua hanya mitos dan tradisi orang dulu. Kita jangan terlalu percaya pada suatu ramalam," kata Ek Poen.
Ek Poen menegaskan bahwa Imlek juga bukan tentang kepercayaan agama tertentu. Tapi perayaan Imlek merupakan tradisi sejak dulu. Masyarakat Tiong Hoa dari berbagai macam agama pun merayakan Imlek.
Comments
Post a Comment